Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Rabithah Alawiyah , Lembaga Pencatat Nasab Keturunan Nabi Muhammad

tengkuadiman.blogspot.com - Rabithah Alawiyah, organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad,Merupakan Organiasi terpercaya yang telah mencatat nasab keturunan rasulullah selama puluhan bahkan ratusan tahun.ada beberapa nama keturunan rasulullah yang dikenal sepert habib umar bin hafidz,habib ali zainal abidin aljufri habib ali zainal abidin alhamid dan lain sebagainya. Sementara di Indonesia, segelintir marga yang familiar. Misalnya Habib rizieq shihab,Habib bahar bin smith, mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas atau mantan Menteri Agama Quraish Shihab.
Rabithah Alawiyah , Lembaga Pencatat Nasab Keturunan Nabi Muhammad
Dewan pengurus pusat rabithah alawiyah . imaga via rabithahalawiyah.id

Organisasi Rabithah Alawiyah, yang dalam pembentukan awalnya bernama “Perkoempoelan Arrabitatoel-Alawijah”, mengirimkan surat permintaan pengesahan bertanggal 8 Maret 1928 dan ditanda tangani oleh Sayid Muhamad bin Abdulrahman bin Syahab dan Sayid Achmad bin Abdullah Assagaf, masing-masing sebagai ketua dan sekretaris. Surat ditujukan kepada Tuan Besar Hindia Nederland, G.R. Erdbrink yang kemudian mengeluarkan jawaban mengakui bahwa “perkoempoelan Arrabitatoel-Alawijah” sebagai perkumpulan legal (rechtspersoon) pada tanggal 27 Desember 1928 yang dikeluarkan di Bogor. (lihat Statuten Perhimpunan Arrabitatoel-Alawijah di Betawi).

Tujuan awal dari perkumpulan ini, seperti tertera di Statuten, adalah untuk berusaha memajukan bangsa Arab Hadrami secara jasmani dan ruhani, menguatkan tali persaudaraan antara golongan sayyid dan orang Arab Hadrami lainnya, mendidik anak piatu, menolong janda-janda dan orang yang tidak mampu bekerja dan fakir miskin, memelihara keturunan Sayyid dan setiap sesuatu yang berkaitan dengannya, melaksanakan dan menyebarkan pengajaran agama Islam dan bahasa Arab dan ilmu lainnya. Dan dari tujuannya adalah membangun hubungan dengan tanah asal Hadramaut dan penduduknya demi keamanan dan kemakmurannya. (Statuten Pasal 3).

Untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, perkumpulan  ini bercita-cita membangun sekolah-sekolah, meskipun diketahui bahwa golongan Sayyid waktu itu telah mempunyai sekolah, yaitu Jamiat Kheir, yang pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka tidak melihat adanya kontradiksi dalam membangun sekolah-sekolah lainnya, entah dengan nama yang sama atau dengan menggunakan nama lain, meskipun masih dalam wacana. (Statuten Pasal 4).
Jamiat kheir
Kabar pendirian perkumpulan ini menyebar hingga sampai ke Hadramaut, dan mendapatkan respon yang sangat baik di sana sebagaimana dimuat di koran Hadramaut edisi 131 tanggal 23 Jumada Al-Akhirah 1346 H bertetapan dengan 17 Desember 1927 M. Yang mana tanggal ini juga menunjukan bahwa pembentukan perkumpulan Arrabitatoel-Alawijah dilakukan sebelum tahun 1928, dan baru mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 27 Desember 1928, dan setelah pembuatan akte pada tanggal 16 Januari 1928 M. di depan wakil notaris A.H. van Ophuijsen.
Susunan pengurus pertama perkumpulan ini, sebagaimana dimuat di majalah “Ar-Rabithah” edisi Perdana bulan Sya’ban 1346 H Tahun Pertama yang ditulis sendiri oleh sekretaris Rabithah Alawiyah waktu itu yaitu Syd. Ahmad Abdullah Assagaf, adalah sebagai berikut:

1. Syd. Muhammad Abdurrahman bin Syihab Ketua Satu
2. Syd Abubakar Abdullah Alatas Wakil Ketua Satu
3. Syd. Abdullah Ali Alaydrus Wakil Ketua Dua
4. Syd. Abubakar Muhammad Alhabsyi Bendahara Satu
5. Syd. Idrus Ahmad bin Syihab Bendahara dua
6. Syd. Ahmad Abdullah Assagaf Sekretaris
7. Syd. Ali Abdurrahman Alhabsyi Pengawas
8. Syd. Alwi Muhammad Alhaddad Pengawas
9. Syd. Alwi thahir Alhaddad Pengawas
10. Syd. Umar Abdullah Zahir Pengawas
11. Syk. Salim Ahmad Bawazir Pengawas
12. Syd. Abdullah Abubakar Alhabsyi Pengawas

Setelah pembentukan perkumpulan Arrabitatoel-Alawijah, pengurus kemudian membentuk enam cabang di tahun 1928. Berikut adalah cabang-cabang tersebut yang telah berdiri di tahun 1928: Surabaya, Bondowoso, Solo, Gresik, Semarang dan Pekalongan. Sementara itu, selain cabang-cabang, juga terdapat perwakilan-perwakilan dari berbagai daerah lainnya yang ada di tahun tersebut: Probolinggo, Cianjur, Sukaraja, Tulung Agung, Bangil, Ende, Tegal, Jombang, Jember, Makassar, Mojosari, Lumajang, Malang, Sumenep dan Banyuwangi.

Perlu menjadi catatan khusus bahwa cabang-cabang Rabithah dan perwakilannya di atas menyebar di daerah-daerah berbeda di jaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda atau kurang lebih 17 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, sebagaimana dituliskan dari sumber primer DPP Rabithah Alawiyah yang dikutip oleh sekretaris Rabithah waktu itu dan dimuat di majalah Rabithah edisi pertama. Selain cabang dan perwakilan saat pendirian, di waktu-waktu berikutnya permintaan pembentukan cabang-cabang terus bertambah, sebagaimana dituliskan oleh Syd. Ahmad Abdullah Assagaf di majalah Rabithah edisi bulan Dzul Qi’dah 1347 H., dimana dituliskan dalam bentuk pengumuman di halaman kedua majalah tersebut telah ditetapkan Muktamar Nasional (lit. al-Ijtimaa’ al-‘Umuumi) yang akan diselenggarakan pada tanggal 18 Rabiul Awal 1348 H yang bertepatan dengan 24 Agustus 1929 M.

Majalah Rabithah (lit. ar-Rabithah) ini merupakan media komunikasi utama antara perkumpulan dan cabang-cabangnya serta komunitas Alawiyyin secara umum pada jamannya. Adapun isi dari majalah tersebut memuat topik yang cukup variatif, dari tafsir Quran (oleh Hb. Alwi bin Thohir Alhaddad dimulai dari QS. Al-Waqi’ah, di setiap edisi bermula di majalah bagian 3 jilid 2 edisi bulan Dzul Hijjah tahun 1347 H.), Muhadharah Hb. Alwi bin Thohir Alhaddad, tarikh salaf dan Hadramaut, topik tentang signifikansi fiqih dan tashawwuf, keterang tentang kegiatan cabang-cabang Rabithah, surat dan artikel dari Hadramaut, khutbah, syair, soal jawab, nasehat, motivasi, reklame, dan lainnya.
Kita dapatkan bahwa Syd. Ahmad Abdullah Assagaf adalah satu-satunya anggota Rabithah yang tertera namanya di majalah tersebut dan disebut sebagai pendirinya, selain itu beliau juga satu-satunya yang menulis di majalah Rabithah, selain surat-surat dan artikel-artikel dari pembaca.

Di dalam majalah tersebut di atas, dikabarkan pula tentang pemilihan pengurus Rabithah Cabang Betawi, yang mana terpilih melalui voting:

1. Syd. Yahya Ustman bin Yahya Ketua I
2. Syd. Muhammad Abubakar Alatas Ketua II
3. Syd. Abdurrahman Abubakar bin Syihab Bendahara
4. Syd. Abdurrahman Saggaf Assagaf Sekretaris I
5. Syd. Muh. Kazhim Ali bin Syihab Sekretaris II
6. Syd. Hasyim Muhammad Alhabsyi Mustasyar
7. Syd. Abdullah Idrus bin Syihab Mustasyar
8. Syd. Muhammad Husein Alhabsyi Mustasyar
9. Syk. Saleh Abdusshamad Bawazir Mustasyar
10. Syd. Ali Ja’far Assagaf Mustasyar
11. Syd. Idrus Saleh Alatas Mustasyar
12. Syd. Umar Muhdhor Alhabsyi Mustasyar
13. Syd. Husein Saleh Alhabsyi Mustasyar
14. Syd. Abdullah Muhammad Alatas Mustasyar
15. Syd. Muhammad Hasan Aljufri Mustasyar
16. Syk. Saleh Abdullah Affandi Mustasyar
17. Syd. Husein Ahmad bin Sumaith Mustasyar

Muktamar Nasional I Rabithah Alawiyah dilaksanakan pada tanggal 10 Rabiul Tsani tahun 1348 H. yang bertepatan dengan 15 September 1929 M. sampai tanggal 17 Rabiul Tsani 1348 H. yang bertepatan dengan 22 September 1929 M. di markas Rabithah di jalan Karet No. 44 Tanah Abang. (lihat majalah Rabithah bagian 4 jilid 2 edisi bulan Muharam 1348 H.).
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya Perkoempoelan Arrabitatoel Alawijah mengalami penyesuaian ejaan menjadi Organisasi Masyarakat Rabithah Alawiyah hingga kini.


BAGIAN PENCATATAN NASAB, MAKTAB DAIMI

Sekilas Sejarah Berdirinya Maktab Daimi
sejarah pencatatan nasab alawiyyin telah dimulai oleh Syekh Ali bin Abubakar Al-Sakran pada abad 9 H, pencatatan  nasab alawiyyin juga dilakukan oleh Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad,dengan bantuan biaya dari raja-raja India, beliau memerintahlcan untuk melakukan pencatatan alawiyyin di Hadramaut pada abad 17 H. Pada akhir abad 18 H. sayyid Ali bin Syekh bin Muhammad bin Ali bin Shihab juga melakukan pencatatan alawiyyin sehingga terkompilasi dalam buku nasab yang berjumlaH 18 jilid.

Pencatatan Nasab alawiyyin paling akhir dilakukan oleh mufti Hadramaut Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur pada akhir abad 19 H, yang kemudian dilanjut oleh anaknya sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur yang terkumpul dalam 7 buku.
Buku Nasab
Contoh Buku Nasab


Ketika Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad mendirikan Rabithah Alawiyah, beliau mempunyai inisiatif untuk melakukan pencatatan alawiyyin yang berada di Indonesia. Pada tanggal 10 Maret 1932 Rabithah Alawiyah dengan resmi membentuk Maktab Daimi yaitu lembaga otonom yang mempunyai tugas memelihara sejarah dan silsilah keturunan Rasulullah S.A.W. yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Untuk menjalankan tugas ini, ditunjuklah sayyid Ali bin Ja'far Assegaf yang saat itu duduk di Dewan Pengawas Rabithah Alawiyah cabang Betawi sebagai ketua Maktab Daimi yang pertama.Dengan biaya dari Rabithah Alawiyah dan didukung pula oleh seorang dermawan bernama Sayyid Syekh bin Ahmad bin Shahab. beliau mencatat keluarga Sayyid yang tersebar di Indonesia.

Tujuan Pendirian Maktab Daimi
Tujuan mendirikan Maktab Daimi adalah untuk mencatat sejarah dan silsilah alawiyyin yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia, sehingga sejarah dan silsilah alawiyyin tetap lestari dan terjaga.
Dibawah ini adalah orang-orang yang pernah menjabat di Maktab Daimi :

Ketua-ketua Maktab Daimi 
                                          
1. Ali bin Ja'far Assegaf , Masa Jabatan 1932-1957
2. Hasyim bin Muhammad Al-Habsyi , Masa Jabatan 1957-1983
3. Muhammad bin Hasyim Al-Habsyi ,Masa Jabatan 1983-1984
4. Muhammad bin Alwi Alattas,Masa Jabatan  17-10-1984 sampai 6-2-1995
5. Zaenal Abidin bin Segaf Assegaf , Masa Jabatan 12-11-1995 sampai 1-4-2000
6. Abubakar bin Segaf Assegaf , Masa Jabatan 10-4-2000 sampai Juli 2001
7. Hadi bin Ahmad Assegaf , Masa Jabatan 11-3-2002 sampai Mei 2002
8. Abdurrahman bin Abdulkadir Basuroh , Masa Jabatan Juni 2002 sampai Mei 2006
9. Idrus bin Alwi Almasyhur , Masa Jabatan 15-6-2006 sampai 4-6-2007
10. Ahmad bin Muhammad Alattas , Masa Jabatan 31-7-2007 sampai sekarang.